“Dua tahun kita menjalani
hubungan terlarang ini. Aku percaya kita bisa bertahan lebih lama lagi. Kita
berjuang bersama, demi kesalahan yang terlanjur terjadi”
“Sampai kapan aku ‘hanya’ jadi
selingkuhanmu? Apa terlalu mustahil memilikimu seutuhnya? Hanya itu yang
kuinginkan, kumohon mengertilah! Aku lelah dengan hubungan sembunyi-sembunyi
seperti ini. Ambilah keputusan! Kuharap keputusanmu tepat!”
Kamu mencium keningku sebelum
pergi dengan langkah langkah panjang. Meninggalkanku dalam bimbang yang
keterlaluan …
~~
Raka bukanlah laki-laki yang pantas
ditinggalkan. Aku bahkan tidak
punya satu alasan tepat kenapa aku harus berselingkuh dengan Jerry. Semestara
aku sudah mempunyai pacar seluar biasa Raka. Empat tahun aku menjalani hubungan
indah ini dengan Raka. Orang tua kami sudah saling mengenal dengan baik.
Sebelum dua tahun lalu aku mengenal Jerry …
Raka, laki-laki kantoran dengan
bisnis dimana-mana. Dia sukses, tampan, kaya, dan tak pernah meninggalkan
ibadahnya. Apa lagi yang kurang? Aku sering beranggapan Raka adalah malaikat
tanpa sayap yang tersesat dibumi lalu karna beruntung akhirnya menjadi
pengusaha sukses. Cinta dan kasih sayangnya padaku tidak perlu
diragukan lagi. Meluap-luap, bahkan kadang terkesan berlebihan. Dia
menghargaiku lebih dari dia menghargai dirinya sendiri. Dan kenyataannya, aku
mencintainya lebih dari aku mencintai Jerry.
Hanya saja ada sesuatu dalam
diri Jerry yang tidak
pernah bisa kudapatkan pada Raka. Jerry benar-benar membuatku menjadi diriku
yang apa adanya. Aku yang menyukai hal-hal aneh, seperti bermain layang-layang
misalnya. Jelas aku tidak
bisa melakukan itu dengan Raka yang punya kesibukan seambrek. Atau aku yang
suka jalan-jalan tanpa tujuan, hanya berputar-putar, lalu berhenti di satu café
dan menghabiskan waktu berjam-jam untuk diam melamun, melamunkan apa saja dari
hal-hal yang mungkin terjadi sampai hal-hal mustahil. Raka jelas tidak menyukai
kebiasaanku yang satu ini. Menurutnya aku hanya buang-buang waktu.
Tapi Jerry berbeda, dia
menemaniku bermain layang-layang seharian, menari-nari ditengah hujan, atau
sekedar bermain kartu sambil makan siang. Pernah Jerry mengajakku berkeliling
Surabaya, menembus gerimis sampai menantang hujan, ketika matahari hampir
tenggelam kami singgah disebuah tempat makan dan aku ingat dia membiarkanku
melamun menatap langit senja yang bersatu dengan gulungan awan mendung selama
satu jam lamanya, tanpa mengangguku sama sekali, dia hanya diam sambil
mengaduk-aduk minumannya. Jerry sangat tau apa yang kuinginkan. Berbeda dengan
Raka yang meskipun dia sangat menghargaiku tapi dia tidak mendukung
beberapa hal yang kusukai.
Awal mula hubunganku dengan
Jerry hanya sebatas teman dekat. Kami sering melakukan hal-hal aneh bersama.
Sampai akhirnya percikan rasa itu tumbuh dengan pelan tapi pasti, memanipulasi
otakku sehingga terus memikirkannya, sampai dia berhasil memiliki separuh
hatiku yang dulu sepenuhnya untuk Raka.
Jerry dan aku menghabiskan
semakin banyak waktu bersama. Selama seminggu aku nyaris melupakan Raka. Aku
jarang sekali mengirim kabar padanya seperti yang setiap hari kulakukan. Aku
seringkali lupa mengingatkan jadwal makannya yang tidak beraturan
karena
kesibukannya dikantor. Sampai suatu malam Raka berdiri diambang pintu rumahku
sambil membawa rangkaian bunga mawar putih kesukaanku, dan sekotak martabak
kesukaan Mama.
Tampaknya dia mulai menyadari perubahanku ..
“Kamu berubah sayang. Kenapa?”
“Itu hanya perasaanmu saja. Aku
baik-baik, sama sekali tidak
merasa ada yang berubah”
“Tapi aku merasakannya. Apa ada
yang salah denganku?”
“Nggak. Sama sekali nggak ada”,
aku merasa sangat menyesal saat itu. Ini semua salahku, tapi dia merasa ini
semua salahnya. Apa yang telah kulakukan terhadap orang sebaik dia??
“Oke. Aku percaya ..” Dia tersenyum tulus sekali. Aku
bisa melihat dengan jelas kepercayaan yang terpancar dimatanya. Dia
mempercayaiku dan aku mempermainkan kepercayaan itu. Bodoh!
“Maafkan aku sayang. Aku janji
semuanya akan baik-baik saja. Mungkin hanya karna aku sedang banyak kerjaan
dikantor, sampai aku sering melupakanmu. Maaf ..”
Sambil meletakkan telapak
tangannya yang hangat dipipiku dia berkata, “Jangan meminta maaf, ini bukan
salahmu. Mungkin memang sudah seharusnya aku memberikan waktu sedikit untuk
kamu menyelesaikan pekerjaanmu di kantor. Tidak masalah dear ..”
Tuhan, seumur hidup belum
pernah aku tau apa arti cinta yang paling benar. Cinta terdiri dari macam-macam
pengertian. Tapi mungkin apa yang dirasakan Raka padaku adalah cinta yang paling
benar. Dia memaafkan, menghargai, dan menitipkan kepercayaan padaku. Sementara
aku menghancurkan semuanya ..
~~
Sudah dua minggu aku tidak berhubungan
sama sekali dengan Jerry. Sejak dia menuntutku untuk membuat keputusan memilih
satu diantara pilihan yang ada. Sampai akhirnya semalam aku mengirim pesan
singkat padanya ..
Aku sudah punya keputusan seperti yang kamu mau.
Jam makan siang besok kutunggu ditempat biasa.
Dan sekarang aku disini.
Ditempat makan langganan kami. Di luar sedang hujan besar, tidak menutup
kemungkinan Jerry akan terlambat lebih lama lagi. Aku melirik jam dinding putih
disamping kananku, sudah lewat 30 menit dari jam makan siang yang dijanjikan.
Jerry bukan tipe orang yang suka mengulur waktu, dia jarang sekali terlambat.
Meskipun diluar sedang hujan sebesar itu tapi rasanya aneh ketika seorang Jerry
membiarkan setengah jam terlewat dengan sia-sia.
Aku menyerah! Lima menit lagi
aku harus sudah tiba dikantor. Di dalam mobil aku masih terus menatap kosong
kearah pintu café, kemudian memandang berkeliling mencari sosok Jerry yang
mungkin saja datang terlambat selama satu jam. Terakhir aku menatap layar ponselku,
berharap ada pesan dari Jerry yang mengabarkan bahwa dia tidak bisa
menemuiku siang ini. Nihil. Jerryku, dimana kamu?
~~
Dua hari aku berusaha
menghubungi Jerry lewat sms, telepon, bahkan aku sempat telepon kerumahnya.
Tapi semua terlewati tanpa hasil. Jerry benar-benar rapi membuat dirinya
menghilang. Sampai akhirnya sore ini aku dalam perjalanan menuju rumahnya
didaerah Perumahan Darmo. Segala rasa ingin tauku sudah tidak dapat
ditahan lagi. Aku rindu sekaligus merasa bersalah padanya.
Pintu rumah besar itu tetutup
rapat. Setelah menekan bel 3 kali barulah seorang perempuan dengan pakaian
lusuh membukakan pintu. Aku mengira itu pembantu rumah Jerry.
“Cari siapa ya Non?”, ujarnya
sambil memperhatikanku dari atas kebawah kemudian keatas lagi. Ini memang
pertama kalinya aku ke rumah Jerry. Meskipun selama ini seringkali Jerry
mengajakku melewati depan rumahnya, hanya lewat, tanpa pernah mengajakku
mampir.
“Jerrynya ada?”
Raut wajah perempuan itu
berubah, pilu, “Temannya mas Jerry ya Non? Emangnya Non belum tau keadaannya
mas Jerry?”
Ada perasaan tidak enak yang
tiba-tiba melingkupiku. Khawatir “Jerry kenapa bik? Saya nggak tau apa-apa. Ini
Saya kesini karena
udah lama Jerry nggak bisa dihubungin. Ada apa ya bik?”
“Mas Jerry sudah hampir dua
minggu ini koma dirumah sakit Non. Kecelakaan. Di Rumah Sakit Darmo situ”
Aku tidak benar-benar
mendengar lagi apa yang perempuan itu ucapkan setelah kata ‘koma’. Pandanganku
seketika mengabur, bahkan tanpa bilang terima kasih aku langsung berlari memasuki
mobil dan menekan gas dalam-dalam.
~~
Aku membuka pintu hijau tinggi
itu dengan perasaan campur aduk. Didalam ruangan dingin beraroma khas rumah
sakit aku melihatnya
terbaring dengan banyak sekali selang dan kabel di tubuhnya. Kepalanya
terbalut perban, di tangannya yang bebas dari selimut tampak luka memar disana
sini. Jerryku, apa yang terjadi?
Seorang perempuan seumuran
mamaku yang kukenal lewat foto di dompet Jerry sebagai mamanya, menghampiriku
yang beberapa menit hanya tertugun didekat pintu, “Temannya Jerry yaa?”
“Iya tante. Jerry kenapa?”, aku
tak sanggup menyembunyikan raut khawatirku yang pasti terlihat sangat
berlebihan.
“Kecelakaan. Parah. Dia koma
dua minggu ini”, wanita itu berkata terputus-putus sambil membimbingku menuju
tempat tidur Jerry. Dalam jarak sedekat ini aku bisa melihat memar-memar yang
lebih banyak. Bibirnya sobek dan mata kanannya bengkak kebiruan.
“Sama sekali nggak ada kemajuan
ya tante?”
“Sekitar dua hari yang lalu dia
sempat bergumam, pelan sekali, dia hanya menyebut satu nama .. ‘Riani’”, aku
terlonjak kaget, benar-benar kaget sampai nyaris merasakan darahku berhenti
mengalir saat itu juga. Namaku, Jerry menyebut namaku dua hari yang lalu
ditengah komanya. Dua hari yang lalu adalah hari dimana aku menunggunya satu
jam di tempat makan kami yang biasa. Berharap dia datang dalam keadaan basah
kuyup menerobos hujan. Jerryku ..
Air mataku menetes satu-satu. Kenapa
aku tidak merasakan
firasat apa-apa saat belahan hatiku yang lain (selain Raka) mengalami musibah
sehebat ini?
“Setelah itu dia tidak menunjukkan
kemajuan apa apa lagi. Dokter menyarankan untuk menghadirkan Riani itu disini,
tapi Tante tidak
tau siapa dia. Teman-teman Jerry juga tidak mengenal siapa Riani”,
wanita itu melanjutkan setengah terkejut karena melihatku menangis.
“Mungkin kamu tau siapa
Riani?”, ada suara lain. Disudut sofa yang terletak dipojok ruangan seorang
perempuan cantik dengan rambut panjang dan penampilan sangat feminim menyahut
lirih, melontarkan pertanyaan yang entah harus kujawab apa. Sejak aku masuk
ruangan ini sepertinya aku sama sekali tidak menyadari kehadirannya.
Matanya bengkak, mungkin terlalu banyak menangis. Siapa dia? Sepertinya Jerry tidak pernah
bercerita tentang perempuan mempesona ini.
“Emmm, saya juga nggak tau
siapa Riani”, dengan gugup dan terbata-bata aku berhasil mengucapkan satu
kalimat itu dan sangat berharap tidak tertangkap bahwa aku sedang berbohong.
“Aku sudah mencari tau
kemana-mana, tapi tetap tidak
kutemukan kejelasan tentang Riani. Padahal hanya dia satu-satunya harapan Jerry
bisa sadar dari komanya. Aku hanya ingin Jerry sembuh dan bisa melangsungkan
pernikahan dua bulan lagi. Hanya itu ..”
“Pernikahan? Jerry menikah?
Dengan siapa?”
“Kenalkan, Tara ini tunangan
Jerry. Mereka akan melangsungkan pernikahan dua bulan lagi”, mama Jerry
menjawab pertanyaan yang kulontarkan sambil menarik perempuan bernama Tara yang
sekarang sedang tersedu-sedu menangis itu kedalam pelukannya.
Siapa yang bisa menjelaskan
padaku tentang semua kenyataan perih ini? Siapa pun, aku akan membayarnya mahal
!!
Aku terduduk lemas dikursi
plastik samping ranjang. Semua mulai terbuka jelas satu-persatu. Aku percaya
Jerry sangat mencintaiku, itu sebabnya dia memintaku untuk memberi keputusan
pasti tentang hubungan kami. Karnea dengan keputusan itu pula dia
akan memberikan kepastian pada seseorang, pada tunangan yang akan dinikahinya
dua bulan lagi, Tara.
Aku memandang Jerry dan Tara
bergantian, lalu teringat Raka. Labirin seperti apa sebenarnya yang sedang
menyesatkan kami. Apa ini yang orang sebut-sebut sebagai karma? Mungkin akan
sesakit ini juga rasanya jika Raka tau aku telah megkhianatinya dua tahun ini.
Berbohong padanya dengan sangat rapi. Mempermainkan kepercayaannya, selingkuh
dengan orang yang telah mempunyai tunangan dan bahkan akan menikah dalam waktu
dekat.
Kelebatan kenyataan itu belum
juga beres. Jelas sudah sekarang, kenapa Jerry tidak pernah
mengajakku mampir kerumahnya, karena dia tak mau keluarganya
mengenalku, selingkuhannya. Kenapa dia begitu menikmati saat-saat tertawa lepas
bersamaku, karena
aku tau seperti apa karakter Jerry dan dari penampilannya saja aku sudah cukup
paham Tara jenis perempuan seperti apa. Jerry merasa dia tidak mejadi
dirinya sendiri ketika bersama Tara. Sama seperti aku tidak pernah
merasa benar-benar bebas ketika bersama Raka.
Kejelasan ini begitu perih!
Wajah Jerry yang sedang bermain
layang-layang dan Raka yang sedang sibuk dimeja kerjanya berseliweran silih
berganti di otakku. Mereka berdua, orang-orang berharga dalam hidupku kenapa
membuat cinta jadi sedemikian rumit. Ditambah dengan kehadiran Tara. Kalau
memang cinta punya banyak pengertian, jenis pengertian cinta seperti apa yang
sedang kami alami?
“Kamu siapa? Apa kita pernah
bertemu sebelumnya? Sepertinya Jerry tak pernah mengenalkanmu padaku”, Tara
membuyarkan lamunan piluku sambil mengusap sisa-sisa air matanya.
“Maafkan Saya Tara. Saya Riani
…”, entah dorongan kekuatan macam apa yang bisa membuatku berani membuka
identitas Riani. Riani yang selama dua hari ini menjadi buronan keluarga Jerry.
“Riani?”, Tara menangis lagi.
Aku yakin kali ini adalah air mata terharu. Dia menempelkan kedua telapak
tangannya dipipiku. Tangannya dingin …
“Iya, Saya Riani. Riani yang
kamu cari. Riani yang Jerry maksud”
“Aku akan meninggalkan kamu dan
Jerry berdua. Aku tak tau harus berbuat apa untuk Jerry. Tapi kurasa kamu tau.
Terimakasih Riani …”
Sekarang aku sendirian di
ruangan itu. Satu menit lamanya aku hanya berdiri mematung. Sejenak aku tidak tau harus
melakukan apa, sampai kemudian aku hanya memandang wajah Jerry yang pucat. Aku
nyaris bisa merasakan sakit memar dan luka ditubuhnya. Mataku terpejam,
merasakan dingin AC dan aroma obat-obatan diruangan ini.
“Jerry, aku merindukanmu. Dua
minggu ini jadi masa-masa paling berat selama dua tahun hubungan kita. Maaf
karna aku memberimu kesempatan untuk masuk dalam hidupku, kemudian mencintaiku.
Maaf karna sampai hari ini aku tak bisa meninggalkan Raka demi kamu. Maafkan
aku untuk semua saat-saat sulit kita”
Aku menarik nafas sejenak,
sambil mengenggam tangan dingin Jerry aku melanjutkan kalimatku dengan susah
payah “Jika memang kamu lelah dengan hubungan diam-diam ini, kamu boleh
berhenti sayang. Kamu boleh meyerah. Karna aku juga menyerah. Sekarang aku
sadar, Raka dan Tara bukan orang-orang yang pantas dikhianati. Aku bisa melihat
dengan jelas, sejelas aku melihatmu sekarang, cinta Tara begitu besar padamu.
Dia sangat takut kehilanganmu,
sayang”
Satu tetes air mata terjatuh
dipipiku, dilanjutkan tetes demi tetes berikutnya. Kalimat selanjutnya terasa
lebih sulit diucapkan “Setelah ini jika kamu tak menemukan aku lagi dalam
hidupmu, kamu perlu tau bahwa aku telah bahagia bersama Raka. Dan pastikan
bahwa kamu juga akan bahagia bersama Tara. Cinta adalah menerima pasangan kita
beserta semua kekurangannya. Terimakasih atas semua perjuanganmu untuk hubungan
kita. Terimakasih kamu bisa bertahan sejauh ini.
Jerryku .. kumohon buka matamu
.. untukku, untuk Tara, untuk Mama, dan untuk memulai semuanya dari awal”
“Cepet sembuh sayang, Tara dan
pernikahan kalian menunggumu”. Aku mencium kening Jerry lama, membiarkan itu
menjadi ciuman terakhir dan terindah.
Aku telah menyelesaikannya …
Kerumitan, kebohongan, dan
pengkhiantan ini selesai. Jerry, aku melakukan pengkhianatan terindah
bersamamu. Dan aku tidak
menyesal …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Peduli - DuniaDalamAksara