Selasa, 01 Januari 2013

.:. Selingkuh! .:.


“Dua tahun kita menjalani hubungan terlarang ini. Aku percaya kita bisa bertahan lebih lama lagi. Kita berjuang bersama, demi kesalahan yang terlanjur terjadi”

“Sampai kapan aku ‘hanya’ jadi selingkuhanmu? Apa terlalu mustahil memilikimu seutuhnya? Hanya itu yang kuinginkan, kumohon mengertilah! Aku lelah dengan hubungan sembunyi-sembunyi seperti ini. Ambilah keputusan! Kuharap keputusanmu tepat!”
Kamu mencium keningku sebelum pergi dengan langkah langkah panjang. Meninggalkanku dalam bimbang yang keterlaluan …

~~

Raka bukanlah laki-laki yang pantas ditinggalkan. Aku bahkan tidak punya satu alasan tepat kenapa aku harus berselingkuh dengan Jerry. Semestara aku sudah mempunyai pacar seluar biasa Raka. Empat tahun aku menjalani hubungan indah ini dengan Raka. Orang tua kami sudah saling mengenal dengan baik. Sebelum dua tahun lalu aku mengenal Jerry …

Raka, laki-laki kantoran dengan bisnis dimana-mana. Dia sukses, tampan, kaya, dan tak pernah meninggalkan ibadahnya. Apa lagi yang kurang? Aku sering beranggapan Raka adalah malaikat tanpa sayap yang tersesat dibumi lalu karna beruntung akhirnya menjadi pengusaha sukses. Cinta dan kasih sayangnya padaku tidak perlu diragukan lagi. Meluap-luap, bahkan kadang terkesan berlebihan. Dia menghargaiku lebih dari dia menghargai dirinya sendiri. Dan kenyataannya, aku mencintainya lebih dari aku mencintai Jerry.

Hanya saja ada sesuatu dalam diri Jerry yang tidak pernah bisa kudapatkan pada Raka. Jerry benar-benar membuatku menjadi diriku yang apa adanya. Aku yang menyukai hal-hal aneh, seperti bermain layang-layang misalnya. Jelas aku tidak bisa melakukan itu dengan Raka yang punya kesibukan seambrek. Atau aku yang suka jalan-jalan tanpa tujuan, hanya berputar-putar, lalu berhenti di satu café dan menghabiskan waktu berjam-jam untuk diam melamun, melamunkan apa saja dari hal-hal yang mungkin terjadi sampai hal-hal mustahil. Raka jelas tidak menyukai kebiasaanku yang satu ini. Menurutnya aku hanya buang-buang waktu.

Tapi Jerry berbeda, dia menemaniku bermain layang-layang seharian, menari-nari ditengah hujan, atau sekedar bermain kartu sambil makan siang. Pernah Jerry mengajakku berkeliling Surabaya, menembus gerimis sampai menantang hujan, ketika matahari hampir tenggelam kami singgah disebuah tempat makan dan aku ingat dia membiarkanku melamun menatap langit senja yang bersatu dengan gulungan awan mendung selama satu jam lamanya, tanpa mengangguku sama sekali, dia hanya diam sambil mengaduk-aduk minumannya. Jerry sangat tau apa yang kuinginkan. Berbeda dengan Raka yang meskipun dia sangat menghargaiku tapi dia tidak mendukung beberapa hal yang kusukai.

Awal mula hubunganku dengan Jerry hanya sebatas teman dekat. Kami sering melakukan hal-hal aneh bersama. Sampai akhirnya percikan rasa itu tumbuh dengan pelan tapi pasti, memanipulasi otakku sehingga terus memikirkannya, sampai dia berhasil memiliki separuh hatiku yang dulu sepenuhnya untuk Raka.

Jerry dan aku menghabiskan semakin banyak waktu bersama. Selama seminggu aku nyaris melupakan Raka. Aku jarang sekali mengirim kabar padanya seperti yang setiap hari kulakukan. Aku seringkali lupa mengingatkan jadwal makannya yang tidak beraturan karena kesibukannya dikantor. Sampai suatu malam Raka berdiri diambang pintu rumahku sambil membawa rangkaian bunga mawar putih kesukaanku, dan sekotak martabak kesukaan Mama. Tampaknya dia mulai menyadari perubahanku ..

“Kamu berubah sayang. Kenapa?”

“Itu hanya perasaanmu saja. Aku baik-baik, sama sekali tidak merasa ada yang berubah”

“Tapi aku merasakannya. Apa ada yang salah denganku?”

“Nggak. Sama sekali nggak ada”, aku merasa sangat menyesal saat itu. Ini semua salahku, tapi dia merasa ini semua salahnya. Apa yang telah kulakukan terhadap orang sebaik dia??

“Oke. Aku percaya ..” Dia tersenyum tulus sekali. Aku bisa melihat dengan jelas kepercayaan yang terpancar dimatanya. Dia mempercayaiku dan aku mempermainkan kepercayaan itu. Bodoh!

“Maafkan aku sayang. Aku janji semuanya akan baik-baik saja. Mungkin hanya karna aku sedang banyak kerjaan dikantor, sampai aku sering melupakanmu. Maaf ..”

Sambil meletakkan telapak tangannya yang hangat dipipiku dia berkata, “Jangan meminta maaf, ini bukan salahmu. Mungkin memang sudah seharusnya aku memberikan waktu sedikit untuk kamu menyelesaikan pekerjaanmu di kantor. Tidak masalah dear ..”

Tuhan, seumur hidup belum pernah aku tau apa arti cinta yang paling benar. Cinta terdiri dari macam-macam pengertian. Tapi mungkin apa yang dirasakan Raka padaku adalah cinta yang paling benar. Dia memaafkan, menghargai, dan menitipkan kepercayaan padaku. Sementara aku menghancurkan semuanya ..

~~

Sudah dua minggu aku tidak berhubungan sama sekali dengan Jerry. Sejak dia menuntutku untuk membuat keputusan memilih satu diantara pilihan yang ada. Sampai akhirnya semalam aku mengirim pesan singkat padanya ..

Aku sudah punya keputusan seperti yang kamu mau.
Jam makan siang besok kutunggu ditempat biasa.

Dan sekarang aku disini. Ditempat makan langganan kami. Di luar sedang hujan besar, tidak menutup kemungkinan Jerry akan terlambat lebih lama lagi. Aku melirik jam dinding putih disamping kananku, sudah lewat 30 menit dari jam makan siang yang dijanjikan. Jerry bukan tipe orang yang suka mengulur waktu, dia jarang sekali terlambat. Meskipun diluar sedang hujan sebesar itu tapi rasanya aneh ketika seorang Jerry membiarkan setengah jam terlewat dengan sia-sia.

Aku menyerah! Lima menit lagi aku harus sudah tiba dikantor. Di dalam mobil aku masih terus menatap kosong kearah pintu café, kemudian memandang berkeliling mencari sosok Jerry yang mungkin saja datang terlambat selama satu jam. Terakhir aku menatap layar ponselku, berharap ada pesan dari Jerry yang mengabarkan bahwa dia tidak bisa menemuiku siang ini. Nihil. Jerryku, dimana kamu?

~~

Dua hari aku berusaha menghubungi Jerry lewat sms, telepon, bahkan aku sempat telepon kerumahnya. Tapi semua terlewati tanpa hasil. Jerry benar-benar rapi membuat dirinya menghilang. Sampai akhirnya sore ini aku dalam perjalanan menuju rumahnya didaerah Perumahan Darmo. Segala rasa ingin tauku sudah tidak dapat ditahan lagi. Aku rindu sekaligus merasa bersalah padanya.

Pintu rumah besar itu tetutup rapat. Setelah menekan bel 3 kali barulah seorang perempuan dengan pakaian lusuh membukakan pintu. Aku mengira itu pembantu rumah Jerry.

“Cari siapa ya Non?”, ujarnya sambil memperhatikanku dari atas kebawah kemudian keatas lagi. Ini memang pertama kalinya aku ke rumah Jerry. Meskipun selama ini seringkali Jerry mengajakku melewati depan rumahnya, hanya lewat, tanpa pernah mengajakku mampir.

“Jerrynya ada?”

Raut wajah perempuan itu berubah, pilu, “Temannya mas Jerry ya Non? Emangnya Non belum tau keadaannya mas Jerry?”

Ada perasaan tidak enak yang tiba-tiba melingkupiku. Khawatir “Jerry kenapa bik? Saya nggak tau apa-apa. Ini Saya kesini karena udah lama Jerry nggak bisa dihubungin. Ada apa ya bik?”

“Mas Jerry sudah hampir dua minggu ini koma dirumah sakit Non. Kecelakaan. Di Rumah Sakit Darmo situ”

Aku tidak benar-benar mendengar lagi apa yang perempuan itu ucapkan setelah kata ‘koma’. Pandanganku seketika mengabur, bahkan tanpa bilang terima kasih aku langsung berlari memasuki mobil dan menekan gas dalam-dalam.

~~

Aku membuka pintu hijau tinggi itu dengan perasaan campur aduk. Didalam ruangan dingin beraroma khas rumah sakit aku melihatnya terbaring dengan banyak sekali selang dan kabel di tubuhnya. Kepalanya terbalut perban, di tangannya yang bebas dari selimut tampak luka memar disana sini. Jerryku, apa yang terjadi?

Seorang perempuan seumuran mamaku yang kukenal lewat foto di dompet Jerry sebagai mamanya, menghampiriku yang beberapa menit hanya tertugun didekat pintu, “Temannya Jerry yaa?”

“Iya tante. Jerry kenapa?”, aku tak sanggup menyembunyikan raut khawatirku yang pasti terlihat sangat berlebihan.

“Kecelakaan. Parah. Dia koma dua minggu ini”, wanita itu berkata terputus-putus sambil membimbingku menuju tempat tidur Jerry. Dalam jarak sedekat ini aku bisa melihat memar-memar yang lebih banyak. Bibirnya sobek dan mata kanannya bengkak kebiruan.

“Sama sekali nggak ada kemajuan ya tante?”

“Sekitar dua hari yang lalu dia sempat bergumam, pelan sekali, dia hanya menyebut satu nama .. ‘Riani’”, aku terlonjak kaget, benar-benar kaget sampai nyaris merasakan darahku berhenti mengalir saat itu juga. Namaku, Jerry menyebut namaku dua hari yang lalu ditengah komanya. Dua hari yang lalu adalah hari dimana aku menunggunya satu jam di tempat makan kami yang biasa. Berharap dia datang dalam keadaan basah kuyup menerobos hujan. Jerryku ..

Air mataku menetes satu-satu. Kenapa aku tidak merasakan firasat apa-apa saat belahan hatiku yang lain (selain Raka) mengalami musibah sehebat ini?

“Setelah itu dia tidak menunjukkan kemajuan apa apa lagi. Dokter menyarankan untuk menghadirkan Riani itu disini, tapi Tante tidak tau siapa dia. Teman-teman Jerry juga tidak mengenal siapa Riani”, wanita itu melanjutkan setengah terkejut karena melihatku menangis.

“Mungkin kamu tau siapa Riani?”, ada suara lain. Disudut sofa yang terletak dipojok ruangan seorang perempuan cantik dengan rambut panjang dan penampilan sangat feminim menyahut lirih, melontarkan pertanyaan yang entah harus kujawab apa. Sejak aku masuk ruangan ini sepertinya aku sama sekali tidak menyadari kehadirannya. Matanya bengkak, mungkin terlalu banyak menangis. Siapa dia? Sepertinya Jerry tidak pernah bercerita tentang perempuan mempesona ini.

“Emmm, saya juga nggak tau siapa Riani”, dengan gugup dan terbata-bata aku berhasil mengucapkan satu kalimat itu dan sangat berharap tidak tertangkap bahwa aku sedang berbohong.

“Aku sudah mencari tau kemana-mana, tapi tetap tidak kutemukan kejelasan tentang Riani. Padahal hanya dia satu-satunya harapan Jerry bisa sadar dari komanya. Aku hanya ingin Jerry sembuh dan bisa melangsungkan pernikahan dua bulan lagi. Hanya itu ..”

“Pernikahan? Jerry menikah? Dengan siapa?”

“Kenalkan, Tara ini tunangan Jerry. Mereka akan melangsungkan pernikahan dua bulan lagi”, mama Jerry menjawab pertanyaan yang kulontarkan sambil menarik perempuan bernama Tara yang sekarang sedang tersedu-sedu menangis itu kedalam pelukannya.

Siapa yang bisa menjelaskan padaku tentang semua kenyataan perih ini? Siapa pun, aku akan membayarnya mahal !!

Aku terduduk lemas dikursi plastik samping ranjang. Semua mulai terbuka jelas satu-persatu. Aku percaya Jerry sangat mencintaiku, itu sebabnya dia memintaku untuk memberi keputusan pasti tentang hubungan kami. Karnea dengan keputusan itu pula dia akan memberikan kepastian pada seseorang, pada tunangan yang akan dinikahinya dua bulan lagi, Tara.

Aku memandang Jerry dan Tara bergantian, lalu teringat Raka. Labirin seperti apa sebenarnya yang sedang menyesatkan kami. Apa ini yang orang sebut-sebut sebagai karma? Mungkin akan sesakit ini juga rasanya jika Raka tau aku telah megkhianatinya dua tahun ini. Berbohong padanya dengan sangat rapi. Mempermainkan kepercayaannya, selingkuh dengan orang yang telah mempunyai tunangan dan bahkan akan menikah dalam waktu dekat.

Kelebatan kenyataan itu belum juga beres. Jelas sudah sekarang, kenapa Jerry tidak pernah mengajakku mampir kerumahnya, karena dia tak mau keluarganya mengenalku, selingkuhannya. Kenapa dia begitu menikmati saat-saat tertawa lepas bersamaku, karena aku tau seperti apa karakter Jerry dan dari penampilannya saja aku sudah cukup paham Tara jenis perempuan seperti apa. Jerry merasa dia tidak mejadi dirinya sendiri ketika bersama Tara. Sama seperti aku tidak pernah merasa benar-benar bebas ketika bersama Raka.

Kejelasan ini begitu perih!

Wajah Jerry yang sedang bermain layang-layang dan Raka yang sedang sibuk dimeja kerjanya berseliweran silih berganti di otakku. Mereka berdua, orang-orang berharga dalam hidupku kenapa membuat cinta jadi sedemikian rumit. Ditambah dengan kehadiran Tara. Kalau memang cinta punya banyak pengertian, jenis pengertian cinta seperti apa yang sedang kami alami?

“Kamu siapa? Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Sepertinya Jerry tak pernah mengenalkanmu padaku”, Tara membuyarkan lamunan piluku sambil mengusap sisa-sisa air matanya.

“Maafkan Saya Tara. Saya Riani …”, entah dorongan kekuatan macam apa yang bisa membuatku berani membuka identitas Riani. Riani yang selama dua hari ini menjadi buronan keluarga Jerry.

“Riani?”, Tara menangis lagi. Aku yakin kali ini adalah air mata terharu. Dia menempelkan kedua telapak tangannya dipipiku. Tangannya dingin …

“Iya, Saya Riani. Riani yang kamu cari. Riani yang Jerry maksud”

“Aku akan meninggalkan kamu dan Jerry berdua. Aku tak tau harus berbuat apa untuk Jerry. Tapi kurasa kamu tau. Terimakasih Riani …”

Sekarang aku sendirian di ruangan itu. Satu menit lamanya aku hanya berdiri mematung. Sejenak aku tidak tau harus melakukan apa, sampai kemudian aku hanya memandang wajah Jerry yang pucat. Aku nyaris bisa merasakan sakit memar dan luka ditubuhnya. Mataku terpejam, merasakan dingin AC dan aroma obat-obatan diruangan ini.

“Jerry, aku merindukanmu. Dua minggu ini jadi masa-masa paling berat selama dua tahun hubungan kita. Maaf karna aku memberimu kesempatan untuk masuk dalam hidupku, kemudian mencintaiku. Maaf karna sampai hari ini aku tak bisa meninggalkan Raka demi kamu. Maafkan aku untuk semua saat-saat sulit kita”

Aku menarik nafas sejenak, sambil mengenggam tangan dingin Jerry aku melanjutkan kalimatku dengan susah payah “Jika memang kamu lelah dengan hubungan diam-diam ini, kamu boleh berhenti sayang. Kamu boleh meyerah. Karna aku juga menyerah. Sekarang aku sadar, Raka dan Tara bukan orang-orang yang pantas dikhianati. Aku bisa melihat dengan jelas, sejelas aku melihatmu sekarang, cinta Tara begitu besar padamu. Dia sangat takut kehilanganmu, sayang”

Satu tetes air mata terjatuh dipipiku, dilanjutkan tetes demi tetes berikutnya. Kalimat selanjutnya terasa lebih sulit diucapkan “Setelah ini jika kamu tak menemukan aku lagi dalam hidupmu, kamu perlu tau bahwa aku telah bahagia bersama Raka. Dan pastikan bahwa kamu juga akan bahagia bersama Tara. Cinta adalah menerima pasangan kita beserta semua kekurangannya. Terimakasih atas semua perjuanganmu untuk hubungan kita. Terimakasih kamu bisa bertahan sejauh ini.
Jerryku .. kumohon buka matamu .. untukku, untuk Tara, untuk Mama, dan untuk memulai semuanya dari awal”

“Cepet sembuh sayang, Tara dan pernikahan kalian menunggumu”. Aku mencium kening Jerry lama, membiarkan itu menjadi ciuman terakhir dan terindah.

Aku telah menyelesaikannya …

Kerumitan, kebohongan, dan pengkhiantan ini selesai. Jerry, aku melakukan pengkhianatan terindah bersamamu. Dan aku tidak menyesal …



15 Desember 2012
Dunia Dalam Aksara - YanisNP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Peduli - DuniaDalamAksara